Wednesday, November 5, 2008

Belum Ada Judul

Chapter Satu - Sahabat Kecilku
Namaku Ade, saat ini usiaku menginjak 38. Hmm..Aku terduduk di kantorku yang nyaman dan besar di hari Minggu yang cerah ini.
Pagi ini aku terbangun pukul 3 pagi, Aku tidak dapat melanjutkan tidurku. Mimpi ku tadi malam begitu sangat jelas dan terang, seterang langit biru di pagi hari ini. Atau...aku mungkin bisa bilang bahwa itu bukan mimpi sama sekali karena semuanya begitu jelas merupakan kilas balik kehidupan ku, babak babak dalam hidupku.
Sekarang segala sesuatunya berbeda dari sebelumnya, telah merobah ku dari aku yang dulu. Dengan berbagai macam pahit getirnya hidup, ada yang sulit namun ada pula masalah berat dan pelik yang kuhadapi di tahun tahun dalam hidupku.

Tiga hari yang lalu, tepatnya hari Kamis, aku bagaikan disambar petir dan shok menerima berita meninggalnya teman masa kecilku. Namanya Fitri, dia adalah sahabat terbaikku. Senyumnya selalu dapat menghapus pedih di hatiku dan matanya yang binar dan selalu indah tak kan pernah terlupakan dalam hidupku. Aku takkan dapat bertahan dan melalui masa masa sulit saat berumur 12 tahun tanpa Fitri di sampingku dan tanpa ia hadir menghiburku. Dia begitu tenang, lembut dalam bertuturkata, Dia selalu tahu bagaimana cara menghiburku.
Ia tahu kapan harus bersikap seperti sahabat, kapan bersikap seperti kaka dan kapan bersikap menjadi total stranger atau menjadi badut sekalipun untuk menghiburku disaat aku sedih.
Yeah..Aku kehilanngan kedua orang tua ku saat aku berumur 12 tahun.

"Mama!................Papa!............", aku terbangun di malam hari, 12 tahun yang lalu di sebuah rumah sakit. Rasa sakit yang tak tertahankan membuatku tak sadarkan diri kembali. Berulang terus selama dua hari, dan selalu saat terbangun ada Fitri di sampingku.
Aku dirawat selama 6 hari di rumah sakit. Stay for about 6 days at the hospital, Fitri come visiting me every day after school. Every day she come and talk to me, saying jokes at school, stories about our friends.

There was one day she came to me and say,
"De.., kamu sabar ya.."
"Aku sama seperti kamu, jadi mulai hari ini aku akan selalu ada dan jadi ...." ujar Fitri mencoba menghiburku.

"sahabat baik..." ujar nya saat itu.
Dalam fikiranku saat itu langsung terbersit bahwa hal yang sama. Ya, Fitri sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak ia masih kelas satu SD.
"Aku tau De.., sedih, sepi, tapi kamu akan bisa untuk lebih kuat dari Aku.."
"Aku bisa seperti sekarang karena belajar untuk kuat, Tuhan memberikan semuanya dan ada maksud di balik semuanya.." tambahnya lagi,
"Yang penting kamu harus sembuh segera untuk segera masuk sekolah baru senin depan"
"Aku sudah bantu paman kamu urus-urus di sekolah kita yang baru."

----------------

Aku terbangun dari lamunanku. Semuanya sangat jelas. Bayangan itu kembali dengan sangat jelas, bagaimana Fitri berusaha membangkitkan semangat aku..

Titik air mata tak dapat aku tahan, mengalir dari mata ku. Yah, perjalanan liburan keluarga kelulusan aku harus berakhir tragis di tol saat mobil kami terbalik di hajar bis antar kota.

Masih lekat dalam ingatan terdalam aku, saat kejadian tersebut. Karena masih tertanam dalam dan sesekali mengganggu tidur lelapku..

Nada dering terdengar dari handphoneku..Aku terjaga kembali dari ingatan masa kecil ku..
"Papa! Papa!," panggil anakku Balka di ujung telepon,"kami semua sudah siap, Papa segera pulang ya..?" ujar nya manja..
"Iya Balka..," jawab ku," Papa beres beres sebentar, 15 menit lagi meluncur dan jemput kalian.."
Aku bergegas menyimpan file dan mematikan notebook kesayanganku.

Kupandangi sesaat ruang kantorku yang sangat nyaman seperti yang selalu kulakukan sebelum meninggalkan kantor. Hanya dengan begitu aku akan selalu ingat akan kuasaNya serta betapa Tuhan bekerja secara misterius untuk ku dan keluarga ku.
...............
...............

----------------
Masa masa itu jelas sulit untuk aku lalui sendiri, namun Fitri memahami betul apa yang aku rasakan. Fitri benar-benar menjadi sahabat sejatiku selama 3 tahun di SMP..
to be continued.

No comments:

Template by - Abdul Munir - 2008